Entah kenapa waktu jaman-jaman sekolah selalu berpikiran seperti ini, waktu SD sering bilang pengen cepat-cepat ke jenjang SMP, waktu SMP pengen cepat lulus pengen cepat masuk SMA, dan waktu SMA pun sama tapi agak sedikit berbeda, pengen cepat lulus dan dapat kerjaan.
Mungkin bagi sebagian besar anak sekolah (atau belum pernah bekerja) melihat orang dewasa yang sudah bekerja kelihatannya hidupnya enak, punya pekerjaan, punya uang, tidak mikirin PR atau tugas sekolah, bisa beli apa saja, bisa jalan-jalan tanpa harus minta uang saku ke orang tua, dan sebagainya. Memang benar, orang yang sudah bekerja atau berpenghasilan bisa ngelakuin apapun dengan uang yang mereka punya, tapi di sisi lain orang yang sudah masuk dunia kerja itu lebih capek dibanding waktu masih dunia sekolah atau dunia anak-anak.
Dunia kerja sangat berbeda dengan dunia sekolah, apa lagi kalo kerjanya di luar kota, misal Jakarta, dalam hal ini adalah perantau. Waktu sekolah mungkin kita masih bisa disuapin sama orang tua, makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, main tinggal main, uang tinggal minta, pengen beli apa-apa tinggal minta. Namun, saat kita sudah masuk dunia kerja kita mungkin tidak bisa ngelakuin apa yang jaman sekolah kita alami. Mau makan kita harus masak sendiri, cuci baju sendiri, tidur pun sendiri (kok kedengarannya kaya lagu), kita harus bisa mengatur keuangan misal untuk biaya hidup, untuk simpanan, dan bersyukur bisa untuk ngasih ke orang tua.
Oke kita bangga bisa lulus SMA (padahal saya SMK), kita bisa coret-coret baju seragam, konvoi sepeda motor di jalanan bersama teman-teman sebagai bentuk rasa syukur bisa menyelesaikan ujian akhir pendidikan. Tapi lebih dari itu, justru inilah awal perjuangan yang sesungguhnya, ibarat kata kita akan menjadi orang seperti apakah nantinya.
Saya sangat bersyukur mempunyai kedua orang tua yang sangat perhatian. Setelah lulus SMA orang tua sempat khawatir saya mau kemana, mau kerja apa, mau merantau sama siapa, dan banyak pertanyaan yang tidak mungkin disebutkan semuanya. Saya sendiri menanggapinya dengan santai, walaupun agak sedikit takut juga. Tapi mau bagaimana pun setelah lulus sekolah saya harus bisa mandiri, harus bisa nyari kerjaan, harus bisa punya uang tanpa minta ke orang tua, apa lagi seorang anak laki-laki yang nanti akan memimpin rumah tangga.
Depok, itulah kota pertama saya menginjakkan kaki di kota orang. Awalnya karena saya memang pertama merantau ikut bersama saudara. Di sini saya belajar hidup tanpa kedua orang tua, belajar bagaimana orang mau makan itu harus beli dulu alias tidak tinggal ambil di meja makan atau dapur, tapi yang pasti saya datang ke sini untuk mencari pekerjaan dan belajar hidup mandiri.
Saya beruntung mempunyai saudara yang bisa dengan ikhlas direpotkan dengan kehadiran saya, selama saya menganggur saudara lah yang membantu dalam segala hal, memberi makan, memberi tempat tidur, mengantarkan mencari pekerjaan. Tapi saya juga disuruh untuk membantu pekerjaanya, kebetulan karena doi seorang pengusaha, karena saya sudah ikut membantu pekerjaanya, pernah saya dibayar, mungkin itu pertama kali mendapatkan uang dari hasil keringat sendiri, hehee…
Tidak sampai satu semester setelah saya lulus sekolah, saya sudah mendapatkan pekerjaan yang mungkin waktu itu pekerjaan yang saya sangat idam-idamkan, yaitu di PT. kerja di PT merupakan cita-cita terbesar untuk saya dan mungkin semua orang, dan saya pun senang banget akhirnya bisa kerja di PT. saya bekerja di salah satu perusahaan elektronik milik Jepang, biasa lah rata-rata perusahaan manufactur di Indonesia itu Jepang punya. Waktu tes seleksi penerimaan karyawan tahap demi tahap saya kerjakan dengan semampu saya, dan tahap demi tahap tes ada dari pelamar atau bisa dikatakan pesaing berguguran satu persatu, namun saya masih tetap bertahan, dan saya sangat bersyukur, setelah tahap akhir tes selesai para pelamar disuruh untuk menunggu panggilan berikutnya apabila lolos.
Selama masa tunggu itu saya selalu berdoa agar saya bisa lolos, dan bisa bergabung bekerja di perusahaan tersebut. Dan akhirnya dua minggu kemudian, saya dipanggil lagi untuk datang untuk tanda tangan kontrak dan mengambil seragam kerja, artinya saya lolos dan diterima bekerja di perusahaan tersebut.
Saya sangat antusias dan bersemangat waktu itu, dan pengalaman pertama saya bekerja di perusahaan elektronik ternyata mayoritas karyawannya perempuan. Pernah salah satu staff perusahaan mengatakan alasan kenapa perusahaan elektronik banyak menggunakan tenaga kerja perempuan, karena perusahaan elektronik itu komponennya kecil-kecil, tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi lebih ketelitian yang dibutuhkan, makanya menggunakan tenaga kerja perempuan, karena perempuan katanya cenderung lebih teliti dibanding laki-laki, dan juga katanya laki-laki cenderung cepat bosan.
Waktu awal diterima di perusahaan saya belum tahu akan ditempatkan di bagian apa, saya sih yang penting datang tepat waktu, perkenalan, ikuti training sebaik mungkin, dengarkan perintah atasan, dan setelah proses orientasi selesai, saya masih bingung akan ditempatkan dimana, karena yang saya lihat semuanya itu cewek, jarang banget laki-lakinya. Kemudian saya langsung diantar di salah satu bagian produksi yaitu bagian maintenance. Saya belum tahu sama sekali apa itu bagian maintenance. Bagian maintenance yaitu bagian perawatan mesin, kaya perbaikan, bersih-bersih mesin, ya gitu lah.
Kemudian saya diperkenalkan sama semua anggota tim maintenance, semuanya respect dan baik-baik. Di sini saya mulai terlihat kampungan dengan logat bicara saya yang sangat medok, maklum sejak lahir tidak pernah kemana-mana alias tidak tahu dunia luar, apalagi sekelas kota Jakarta yang ngomongnya pakai bahasa Jakarta semua, maksudnya bahasa Indonesia, sedangkan saya kampungnya di Jawa, ngomong pakai bahasa Jawa, apalagi Jawa saya jawa ngapak yang identic dengan logat medoknya. Setiap saya ngomong mereka pasti pada ketawa dengar logat saya bicara, tapi untung saya termasuk cuek orangnya. Dan juga mungkin di sini mayoritas orang pribumi dan orang sunda
Bekerja di pabrik itu ada istilah kerja shift. Yaitu karena kerjanya 24 jam non stop, jadi ada kerja pagi, siang, sore, dan malam. Tetapi awal masuk saya tidak dilibatkan kerja shift alias non shift, jam kerjanya normal kaya orang kerja pada umumnya, berangkat pagi pulang sore, waktunya tidur buat tidur. Saya mikirnya wajar mungkin masih training.
Saya melihat cewek di sini cantik-cantik menurut pandangan mata saya. Saya bahkan pernah suka sama cewek yang seangkatan masuknya waktu tes seleksi, wajar dong, karena di sini mayoritas cewek, yang seangkatan sama saya waktu itu yang lolos ada total 27 karyawan di satu bagian, 2 cowok dan sisanya cewek semua, gimana mantap gak? Mantap apa nih.
Ngomongin soal cewek, itulah salah satu yang membuat saya semangat kerja di perusahaan ini. Setiap hari bisa melihat pemandangan-pemandangan yang sangat indah dari Yang Maha Kuasa. Tapi saya sadar, saya di sini pendatang yang hanya ingin mencari receh untuk sesuap nasi.
Lambat laun saya belajar beradaptasi dengan lingkungan perusahaan, mencoba mendengarkan apa yang disampaikan karyawan senior, mengerjakan apa yang disuruh, dan mencoba bertanya jika saya belum tahu. Ok, biasa aja dong bacanya gak usah tegang gitu.
Di kontrakan, saat libur atau pulang kerja saya merasa saat makan itu porsinya tidak seperti biasa waktu jaman sekolah atau di kampung, saya merasa agak sedikit bertambah banyak dari porsi yang biasa saya makan, mungkin waktu di kampung sekali makan porsinya 2 centong nasi, sekarang bisa sampai 5 centong nasi, gak tahu entah itu karena lapar atau memang karena baru pertama kerja jadi tenaga yang dikeluarkan lebih besar dari biasa sehingga butuh amunisi yang besar pula, itu saya juga tidak menyadari, yang menyadari adalah saudara saya, katanya sekarang saya kalo makan banyak.
Bulan bertambah bulan, saya mulai menikmati pekerjaan, dan mulai betah di dunia kerja. Mungkin karena baru pertama bisa cari uang sendiri atau apalah. Dan juga saat mulai akrab dengan teman kerja, setiap libur sabtu minggu (enak pegawai PNS—Pegawai Non Shift) saya diajak main, entah itu sekedar nongkrong ngopi atau jalan-jalan ke tempat baru.
Di sini saya pernah suka sama seorang cewek, kebetulan satu angkatan, dia sangat cantik dan mukanya sangat manis, saya yakin para cowok di sini juga banyak yang naksir, kemudian saya curhat ke temennya si cewek, ya temenku juga, satu angkatan soalnya, kata temannya, ternyata dia mau merried bahasa jawanya alias nikah. Awalnya saya belum percaya, gak lama setelah saya curhat itu, tersebarlah undangan, dan saya juga diundang, tapi saya lupa kondangan apa kagak, tapi kayanya kondangan deh. Mungkin kondangan di PT.
Singkat cerita, teman cewek yang pernah saya ajak curhat tadi, ternyata dia suka sama saya. Tapi gak tau kenapa saya pribadi kurang suka sama dia, mohon maaf akhirnya tidak saya balas. Saya juga gak enak sebenernya, tapi mau gimana lagi, ini soal perasaan yang tidak bisa dibohongi. Kemudian di sisi lain, saya lebih tertarik ke karyawan senior di situ. Saya sangat gugup dalam hal cewek, sampe saya pernah didorong-dorong sama temen-temen buat minta nomor hape doi, saya tidak berani, tapi karena dorongan yang kuat dari temen-temen akhirnya saya bisa mendapatkannya. Dalam hati saya berkata “horeee…”
Seiring berjalannya waktu, kalo bahasa gaulnya saya mencoba kontek-kontekan dengan doi, ternyata orangnya asyik diajak ngobrol, pernah malah suatu malam saya mencoba memberanikan diri untuk minta maen ke rumahnya, bagai petir di siang bolong (padahal lagi malem) doi ternyata setuju saya maen ke rumahnya. Lalu pernah suatu ketika, temennya doi (temenku juga sih, temen cewek) ngajakin kondangan bareng, tanpa pikir panjang langsung saya acc. Dan kita pun kondangan bertiga, saya, doi, dan temannya.
Akhir tahun 2014, perusahaan ada pengurangan karyawan besar-besaran, setiap bulan satu-persatu karyawan kontrak mulai dicut atau dirumahkan, jumlah karyawan makin sedikit, dan pas akhir tahun tepatnya bulan Desember saya juga terkena imbasnya, yaitu habis masa kerjanya dan tidak diperpanjang lagi.
Mungkin bagi sebagian besar anak sekolah (atau belum pernah bekerja) melihat orang dewasa yang sudah bekerja kelihatannya hidupnya enak, punya pekerjaan, punya uang, tidak mikirin PR atau tugas sekolah, bisa beli apa saja, bisa jalan-jalan tanpa harus minta uang saku ke orang tua, dan sebagainya. Memang benar, orang yang sudah bekerja atau berpenghasilan bisa ngelakuin apapun dengan uang yang mereka punya, tapi di sisi lain orang yang sudah masuk dunia kerja itu lebih capek dibanding waktu masih dunia sekolah atau dunia anak-anak.
Dunia kerja sangat berbeda dengan dunia sekolah, apa lagi kalo kerjanya di luar kota, misal Jakarta, dalam hal ini adalah perantau. Waktu sekolah mungkin kita masih bisa disuapin sama orang tua, makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, main tinggal main, uang tinggal minta, pengen beli apa-apa tinggal minta. Namun, saat kita sudah masuk dunia kerja kita mungkin tidak bisa ngelakuin apa yang jaman sekolah kita alami. Mau makan kita harus masak sendiri, cuci baju sendiri, tidur pun sendiri (kok kedengarannya kaya lagu), kita harus bisa mengatur keuangan misal untuk biaya hidup, untuk simpanan, dan bersyukur bisa untuk ngasih ke orang tua.
Oke kita bangga bisa lulus SMA (padahal saya SMK), kita bisa coret-coret baju seragam, konvoi sepeda motor di jalanan bersama teman-teman sebagai bentuk rasa syukur bisa menyelesaikan ujian akhir pendidikan. Tapi lebih dari itu, justru inilah awal perjuangan yang sesungguhnya, ibarat kata kita akan menjadi orang seperti apakah nantinya.
Saya sangat bersyukur mempunyai kedua orang tua yang sangat perhatian. Setelah lulus SMA orang tua sempat khawatir saya mau kemana, mau kerja apa, mau merantau sama siapa, dan banyak pertanyaan yang tidak mungkin disebutkan semuanya. Saya sendiri menanggapinya dengan santai, walaupun agak sedikit takut juga. Tapi mau bagaimana pun setelah lulus sekolah saya harus bisa mandiri, harus bisa nyari kerjaan, harus bisa punya uang tanpa minta ke orang tua, apa lagi seorang anak laki-laki yang nanti akan memimpin rumah tangga.
Depok, itulah kota pertama saya menginjakkan kaki di kota orang. Awalnya karena saya memang pertama merantau ikut bersama saudara. Di sini saya belajar hidup tanpa kedua orang tua, belajar bagaimana orang mau makan itu harus beli dulu alias tidak tinggal ambil di meja makan atau dapur, tapi yang pasti saya datang ke sini untuk mencari pekerjaan dan belajar hidup mandiri.
Saya beruntung mempunyai saudara yang bisa dengan ikhlas direpotkan dengan kehadiran saya, selama saya menganggur saudara lah yang membantu dalam segala hal, memberi makan, memberi tempat tidur, mengantarkan mencari pekerjaan. Tapi saya juga disuruh untuk membantu pekerjaanya, kebetulan karena doi seorang pengusaha, karena saya sudah ikut membantu pekerjaanya, pernah saya dibayar, mungkin itu pertama kali mendapatkan uang dari hasil keringat sendiri, hehee…
Tidak sampai satu semester setelah saya lulus sekolah, saya sudah mendapatkan pekerjaan yang mungkin waktu itu pekerjaan yang saya sangat idam-idamkan, yaitu di PT. kerja di PT merupakan cita-cita terbesar untuk saya dan mungkin semua orang, dan saya pun senang banget akhirnya bisa kerja di PT. saya bekerja di salah satu perusahaan elektronik milik Jepang, biasa lah rata-rata perusahaan manufactur di Indonesia itu Jepang punya. Waktu tes seleksi penerimaan karyawan tahap demi tahap saya kerjakan dengan semampu saya, dan tahap demi tahap tes ada dari pelamar atau bisa dikatakan pesaing berguguran satu persatu, namun saya masih tetap bertahan, dan saya sangat bersyukur, setelah tahap akhir tes selesai para pelamar disuruh untuk menunggu panggilan berikutnya apabila lolos.
Selama masa tunggu itu saya selalu berdoa agar saya bisa lolos, dan bisa bergabung bekerja di perusahaan tersebut. Dan akhirnya dua minggu kemudian, saya dipanggil lagi untuk datang untuk tanda tangan kontrak dan mengambil seragam kerja, artinya saya lolos dan diterima bekerja di perusahaan tersebut.
Saya sangat antusias dan bersemangat waktu itu, dan pengalaman pertama saya bekerja di perusahaan elektronik ternyata mayoritas karyawannya perempuan. Pernah salah satu staff perusahaan mengatakan alasan kenapa perusahaan elektronik banyak menggunakan tenaga kerja perempuan, karena perusahaan elektronik itu komponennya kecil-kecil, tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi lebih ketelitian yang dibutuhkan, makanya menggunakan tenaga kerja perempuan, karena perempuan katanya cenderung lebih teliti dibanding laki-laki, dan juga katanya laki-laki cenderung cepat bosan.
Waktu awal diterima di perusahaan saya belum tahu akan ditempatkan di bagian apa, saya sih yang penting datang tepat waktu, perkenalan, ikuti training sebaik mungkin, dengarkan perintah atasan, dan setelah proses orientasi selesai, saya masih bingung akan ditempatkan dimana, karena yang saya lihat semuanya itu cewek, jarang banget laki-lakinya. Kemudian saya langsung diantar di salah satu bagian produksi yaitu bagian maintenance. Saya belum tahu sama sekali apa itu bagian maintenance. Bagian maintenance yaitu bagian perawatan mesin, kaya perbaikan, bersih-bersih mesin, ya gitu lah.
Kemudian saya diperkenalkan sama semua anggota tim maintenance, semuanya respect dan baik-baik. Di sini saya mulai terlihat kampungan dengan logat bicara saya yang sangat medok, maklum sejak lahir tidak pernah kemana-mana alias tidak tahu dunia luar, apalagi sekelas kota Jakarta yang ngomongnya pakai bahasa Jakarta semua, maksudnya bahasa Indonesia, sedangkan saya kampungnya di Jawa, ngomong pakai bahasa Jawa, apalagi Jawa saya jawa ngapak yang identic dengan logat medoknya. Setiap saya ngomong mereka pasti pada ketawa dengar logat saya bicara, tapi untung saya termasuk cuek orangnya. Dan juga mungkin di sini mayoritas orang pribumi dan orang sunda
Bekerja di pabrik itu ada istilah kerja shift. Yaitu karena kerjanya 24 jam non stop, jadi ada kerja pagi, siang, sore, dan malam. Tetapi awal masuk saya tidak dilibatkan kerja shift alias non shift, jam kerjanya normal kaya orang kerja pada umumnya, berangkat pagi pulang sore, waktunya tidur buat tidur. Saya mikirnya wajar mungkin masih training.
Saya melihat cewek di sini cantik-cantik menurut pandangan mata saya. Saya bahkan pernah suka sama cewek yang seangkatan masuknya waktu tes seleksi, wajar dong, karena di sini mayoritas cewek, yang seangkatan sama saya waktu itu yang lolos ada total 27 karyawan di satu bagian, 2 cowok dan sisanya cewek semua, gimana mantap gak? Mantap apa nih.
Ngomongin soal cewek, itulah salah satu yang membuat saya semangat kerja di perusahaan ini. Setiap hari bisa melihat pemandangan-pemandangan yang sangat indah dari Yang Maha Kuasa. Tapi saya sadar, saya di sini pendatang yang hanya ingin mencari receh untuk sesuap nasi.
Lambat laun saya belajar beradaptasi dengan lingkungan perusahaan, mencoba mendengarkan apa yang disampaikan karyawan senior, mengerjakan apa yang disuruh, dan mencoba bertanya jika saya belum tahu. Ok, biasa aja dong bacanya gak usah tegang gitu.
Di kontrakan, saat libur atau pulang kerja saya merasa saat makan itu porsinya tidak seperti biasa waktu jaman sekolah atau di kampung, saya merasa agak sedikit bertambah banyak dari porsi yang biasa saya makan, mungkin waktu di kampung sekali makan porsinya 2 centong nasi, sekarang bisa sampai 5 centong nasi, gak tahu entah itu karena lapar atau memang karena baru pertama kerja jadi tenaga yang dikeluarkan lebih besar dari biasa sehingga butuh amunisi yang besar pula, itu saya juga tidak menyadari, yang menyadari adalah saudara saya, katanya sekarang saya kalo makan banyak.
Bulan bertambah bulan, saya mulai menikmati pekerjaan, dan mulai betah di dunia kerja. Mungkin karena baru pertama bisa cari uang sendiri atau apalah. Dan juga saat mulai akrab dengan teman kerja, setiap libur sabtu minggu (enak pegawai PNS—Pegawai Non Shift) saya diajak main, entah itu sekedar nongkrong ngopi atau jalan-jalan ke tempat baru.
Di sini saya pernah suka sama seorang cewek, kebetulan satu angkatan, dia sangat cantik dan mukanya sangat manis, saya yakin para cowok di sini juga banyak yang naksir, kemudian saya curhat ke temennya si cewek, ya temenku juga, satu angkatan soalnya, kata temannya, ternyata dia mau merried bahasa jawanya alias nikah. Awalnya saya belum percaya, gak lama setelah saya curhat itu, tersebarlah undangan, dan saya juga diundang, tapi saya lupa kondangan apa kagak, tapi kayanya kondangan deh. Mungkin kondangan di PT.
Singkat cerita, teman cewek yang pernah saya ajak curhat tadi, ternyata dia suka sama saya. Tapi gak tau kenapa saya pribadi kurang suka sama dia, mohon maaf akhirnya tidak saya balas. Saya juga gak enak sebenernya, tapi mau gimana lagi, ini soal perasaan yang tidak bisa dibohongi. Kemudian di sisi lain, saya lebih tertarik ke karyawan senior di situ. Saya sangat gugup dalam hal cewek, sampe saya pernah didorong-dorong sama temen-temen buat minta nomor hape doi, saya tidak berani, tapi karena dorongan yang kuat dari temen-temen akhirnya saya bisa mendapatkannya. Dalam hati saya berkata “horeee…”
Seiring berjalannya waktu, kalo bahasa gaulnya saya mencoba kontek-kontekan dengan doi, ternyata orangnya asyik diajak ngobrol, pernah malah suatu malam saya mencoba memberanikan diri untuk minta maen ke rumahnya, bagai petir di siang bolong (padahal lagi malem) doi ternyata setuju saya maen ke rumahnya. Lalu pernah suatu ketika, temennya doi (temenku juga sih, temen cewek) ngajakin kondangan bareng, tanpa pikir panjang langsung saya acc. Dan kita pun kondangan bertiga, saya, doi, dan temannya.
Akhir tahun 2014, perusahaan ada pengurangan karyawan besar-besaran, setiap bulan satu-persatu karyawan kontrak mulai dicut atau dirumahkan, jumlah karyawan makin sedikit, dan pas akhir tahun tepatnya bulan Desember saya juga terkena imbasnya, yaitu habis masa kerjanya dan tidak diperpanjang lagi.
Komentar
Posting Komentar